PSIKOLOGI INDIVIDUAL
all.about.psychology.com |
A.
Biografi
Alfred Adler lahir tanggal 7 Februari 1870 di Rudolfsheim, Wina.
Ayahnya merupakan pedagang gandum kelas menengah di Hungaria, sedangkan ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus tujuh anak. Sewaktu kecil, Adler
adalah anak yang sakit-sakitan. Pada usia 5 tahun, Adler hampir meninggal
karena radang paru-paru, yang diakibatkan karena kedinginan setelah bermain
seluncur es.
Jika membandingkan dengan kondisi kesehatan kakanya, memang sangat
jauh. Hal tersebut yang menjadikan awal persaingan yang tidak menyenangkan bagi
Adler. Sigmund Adler adalah kakak Adler yang kemudian menjadi saingan masa
kecilnya hingga dewasa. Sigmund Adler adalah seorang pebisnis sukses yang
kemudian membantu keuangan Adler.
Adler merupakan keturunan Yahudi, sama seperti Freud yang merupakan
orang keturunan Yahudi yang tidak religius. Adler beralih keyakinan menjadi
Protestan, namun tidak memiliki pendirian religius yang mendalam.
Pertemuannya pertama kali dengan Freud terjadi ketika Adler di
undang untuk menghadiri pertemuan di rumah Freud beserta tiga dokter Wina
lainnya dan mereka mendiskusikan psikologi dan neuropatologi.Adler tidak
sepakat dengan Freud yang menekankan teorinya pada masalah seksualitas masa
kanak-kanak sebagai dasar motivasi bertingkah laku walaupun dirinya adalah
anggota kelompok Freud. Menurutnya dorongan superioritas adalah sebagai dasar
motivasi seseorang bertingkah laku.
B.
Teori Kepribadian Adler
Teori Adler memiliki pengaruh besar terhadap pakar psikologi
selanjutnya seperti: Harry Stuck Sullivan, Karen Horney, Abraham Maslow, dan
lain-lain. Namun nama Adler kurang dikenal luas, jika dibandingkan Freud dan
Jung. Hal tersebut dikarenakan: (1) Adler tidak mendirikan organisasi yang
dijalankan dengan kuat untuk mengabadikan teorinya. (2) Adler bukan penulis
yang berbakat dan sebagian besar bukunya dikumpulkan oleh beberapa editor
menggunakan bahan pengajaran Adler yang tersebar dimana-mana. (3) banyak dari
pandangan Adler yang tergabung dengan karya teoritikus selanjutnya seperti
Maslow, Rogers, dan Ellis, sehingga pandangan tersebut tidak lagi diasosiasikan
dengan nama Adler.
Adler menyusun teori yang sederhana, menurutnya manusia lahir dengan
kondisi tubuh yang lemah dan inferior. Kondisi ini menyebabkan perasaan
inferior, dan ketergantungan kepada orang lain. Maka perasaan menyatu dengan
orang lain sudah menjadi sifat manusia dan standar akhir untuk sehat secara
psikologis.
Dalam teori Psikologi Individunya, Adler menjelaskan beberapa
prinsip yang melatarelakangi teorinya, yaitu:
a.
Striving
for success or superiority
Prinsip
ini menyatakan bahwa kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang
untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Adler mereduksi semua motivasi menjadi
satu dorongan tunggal, yaitu berjuang meraih keberhasilan atau superioritas.
b.
Subjective
perception
Prinsip
ini menyatakan bahwa dalam mengatasi perasaan inferiornya, maka seseorang akan
berjuang. Namun, sikap juang yang muncul tidak ditentukan oleh kenyataan,
melainkan oleh persepsi akan kenyataan, yaitu oleh fiksi atau harapan masa
depan. Sedangkan fiksi adalah gagasan yang tidak terbentuk nyata.
c.
Self
consistent
Prinsip
ini menyatakan bahwa kepribadian itu menyatu dan memiliki konsistensi diri.
Sehingga pikiran, perasaan, dan tindakan mengarah kepada satu tujuan.
C.
Pandangan terhadap Teori Alfred Adler
Adler merupakan orang Yahudi yang beragama Kristen. Selain itu Dia
merupakan satu-satunya Psikolog yang berkecimpung dalam dunia politik. Hal
tersebut disebabkan karena teori yang dikembangkannya membahas tentang dorongan
sosial yang menjadi motivasi awal manusia bertingkahlaku. Ini tentunya berbeda
dari teorinya Freud yang menyebutkan bahwa tingkah laku ditentukan oleh
insting-insting, ataupun teorinya Jung yang menyebutkan tingkah laku ditentukan
oleh arketype-arketype.
Menurut Adler manusia memiliki tiga potensi yaitu: society, love,
dan work. Ketiganya merupakan potensi manusia atau disebut sosial feeling yang
dapat dimanifestkan dalam lingkungan seorang individu.
Konsep fictional finalism adalah manusia hidup dengan dorongan dari
harapan masa depan yang menjadi tujuan, walaupun cita-cita tersebut tidak
mungkin tercapai (semu). Konsep tersebut bertujuan untuk menuntun gaya hidup
manusia dan memberikan integritas bagi kepribadian manusia yang pada akhirnya
manusia tersebut dapat menjadi berhasil. Adapun fictional finalism dapat
memunculkan inferioritas jika terdapat adanya keminderan dalam diri individu
untuk mendapatkan harapan yang diinginkannya. Inferioritas bisa saja terjadi
karena adanya kekurangan psikologis maupun psikis dan bisa juga karena sosial
feelingyang tidak tercapai menjadi sosial interest.
Manusia selalu melakukan perbaikan dalam hidupnya untuk mengatasi
inferioritas. Sedangkan kompensasi merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia
yang sebenarnya memiliki kekurangan yang sifatnya subjektif kemudian dia
berusaha untuk menutupinya dengan sesuatu hal, misalkan berprestasi. Adapun
ketika kompensasi yang dilakukan terlalu berlebihan, maka yang terjadi menurut
istilahAdler adalah superiority complex.
Terdapat beberapa pandangan terkait teori yang dikembangkan oleh
Adler, diantaranya:
a.
Adler
tidak mempermasalahkan jumlah kemampuan yang dimiliki tiap individu karena
menurutnya uang terpenting bukanlah hal tersebut melainkan adalah seberapa
banyak kemampuan tersebut dimanfaatkan oleh individu untuk dapat meraih
harapannya.
b.
Menurutnya
bukan masa lalu atau masa depan yang menjadi penentu tingkah laku manusia saat
ini, melainkan interpretasi manusia tersebut terhadap pengalaman-pengalaman
yang dimilikinya. Sehingga kita menentukan diri kita sendiri dengan makna yang
diberikan oleh situasi yang ada.
c.
Sebenarnya
konsep yang ditawarkan oleh Adler terkait psikologi individual cukup menarik,
namun karena tidak didukung dengan organisasi dan kemampuan menulis yang bisa
dikatakan tidak berbakat, sehingga teori-teorinya tidak sepopuler teori yang
dikembangkan oleh Jung dan Adler.
D. Daftar Pustaka
Feist & Feist. (2013). Teori Kepribadian.
Jakarta:Salemba Humanika.
S. Hill, Calvin &
Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI PSIKODINAMIKA (KLINIS). Yogyakarta:Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar