Senin, 10 Mei 2010

Optimalisasi Bakat Menuju Prestasi

Sekolah merupakan ladang ilmu bagi setiap siswa, dimana setiap harinya diadakan kegiatan pentransferan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan oleh sang guru kepada para peserta didiknya. Selain ilmu-ilmu yang telah disusun dan dirumuskan oleh pemerintah dalam tatanan kurikulum, disana juga disuguhkan beberapa kegiatan ekstra yang tak lain supaya para siswa dapat mengembangkan bakat yang dimiliki masing-masing, dari yang hanya sekedar coba-coba sampai yang serius serta memiliki bakat yang khusus.
Lalu, apa yang sebenarnya disebut bakat itu? Sebelum menjawab untuk mempermudah dalam memahaminya, penulis terlebih dahulu mengutarakan beberapa contoh:
Sewaktu kecil pernahkah anda merasa meyukai permainan sepak bola ataupun bulu tangkis ? kalau ya, kenapa saat ini anda tidak menjadi atlit sepak bola atau bulu tangkis yang handal ? dari beberapa contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan bawaan dan merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan. Saat ini anda tidak menjadi seorang atlit sepak bola maupun bulutangkis mungkin karena tidak mengembangkan bakat yang anda miliki .
ANTARA BAKAT DAN PRESTASI
Untuk mencapai suatu prestasi dalam bidang tertentu, bakat merupakan kunci penting yang harus dimiliki. Akan tetapi bakat tak serta merta dapat menghasilkan suatu prestasi. Diperlukan suatu latihan, pengetahuan, dan pengalaman serta motifasi agar terrealisasi dalam wujud nyata yakni berupa pencapaian suatu prestasi yang membanggakan.
Satu hal lain yang sangat fundamental untuk pencapaian suatu prestasi ialah belajar dan selalu belajar untuk mencari serta mengembangkan bakat tersebut demi tercapainya kemahiran yang dapat mendatangkan suatu prestasi .
Kiranya benar apa yang disampaikan oleh Benjamin S Bloom, suatu pendidikan dapat dikategorikan sukses mencetak pelajar yang bermanfaat dan berprestasi apabila memenuhi tiga unsur penting yakni : Kognetif (hafalan) afektif (emosional), serta psikomotorik atau tindakan nyata (Qodry A Azizy ; 2000)
Pelu diingat bahwa bakat setiap orang tidaklah sama, walaupun nampaknya sama-sama membidangi suatu hal yang serupa, pasti salah satunya lebih berpotensi dan mungkin telah terimplementasi dalam prestasi yang unggul, sedangkan yang lainya belum tentu berpotensi dikarenakan suatu sebab.
Pun begitu,cara setiap orang untuk mengekspresikan bakat yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Dari yang mengasahnya “belajar” secara autodidak (belajar sendiri) sampai ada yang mendatangkan guru prifat untuk mengajarinya.
Faktor yang mempengaruhi bakat seseorang tidak terwujud secara nyata dan optimal diantaranya :
Personal (pribadi)
Tidak atau kurang termotifasi mengembangkan bakat yang dimiliki atau punya masalah pribadi yang dapat menghambat pengembangkan bakatnya .
Sangat disayangkan memang kalau bakat yang dimiliki tidak tersalurkan karena ketidak minatan untuk mengembangkannya. Begitu pula kalau bakat tersebut terbengkalai dikarenakan si anak tidak mendapatkan kebebasan dari keluarganya untuk mengembangkan bakat tadi, dalam arti orang tua bersikeras untuk membidangi sesuatu yang sebenarnya si anak tidak membakatinya. Sehingga ia merasa terpaksa dan hasil yang didapat pun kurang memuaskan.
Lingkungan
Yang dikehendaki akan lingkungan disini ialah orang tua dan teman. Untuk orang tua biasanya kurang mampu dalam menyediakan sarana dan prasarana yang sejatinya sangat dibutuhkan oleh anak tersebut untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya, sedangkan teman biasanya kurang memberikan support atau motifasi untuk pengembangan bakat itu sendiri, bahkan ada sebagian teman yang sengaja mengejek karena tidak menyukai hal yang dilakukan temannya tersebut.
Pada hakikatnya setiap orang memiliki bakat tertentu yang perlu digali dan dikembangkan. Agar tidak terlanjur tertimbun dan akhirnya tidak terealisasi ujung-ujungnya tersia-sia begitu saja .
Perlu bagi setiap individual mengetahui serta menyadari bakat yang dimiliki dirinya. Jangan hanya sekedar mengekor orang lain yang sebenarnya kita tidak membidanginya. hal tersebut akan berakibat fatal, disamping hasil yang didapat kurang maksimal juga terkesan membuang buang waktu.
Kalau meninjau masalah orientasi pendidikan di negara kita,memang saat ini belum sampai pada tahap bagaimana merealisasikan bakat warga negaranya dengan penciptaan suatu teknologi baru yang bisa dimanfaatkan oleh orang banyak bagi kehidupan. Namun lebih banyak diarahkan untuk memasok kebutuhan tenaga kerja di pabrik-pabrik (perusahaan) maupun instansi pemerintah dan suasta(wawasan 11:2008).
Hal tersebut secara tidak langsung memarjinalkan bakat bakat yang sebenarnya banyak dimiliki kaum muda indonesia. Kalau kita menengok beberapa waktu lalu saat pelajar indonesia berpartisipasi dalam olimpiade sains “fisika” di hongkong dan hasilnya tidak mengecewakan dengan menempati rinking wahid dunia antar pelajar. Sebenarnya hal tersebut menjadi lampu hijau bagi dunia pendidikan kita untuk menggenjot para siswanya dalam mengoptimalkan bakat yang dimiliki masing-masing.
Diharapkan rekan siswa lebih berpikir untuk menumbuhkembangkan setiap potensi, bakat serta keahlian yang dirasa dimiliki dan dikuasai dari sekarang. Dengan begitu kita lebih berusaha mempersiapkan masa depan kita sendiri dengan lebih terrencana karena masa depan adalah hutang yang harus dicicil dari sekarang untuk diperbuat supaya lebih ringan dalam melakoninya kelak.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi.


di terbitkan oleh: majalah tahunan ATH-THULLAB edisi XIII, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar