erikson-zanl13-wordpress-com |
Erikson
memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis, dengan memberi perhatian yang
lebih kepada ego dari pada id dan superego. Ego bersifat adaptif dan kreatif,
berjuang aktif ( anatomi ) membantu diri menangani dunianya.
A.
Struktur kepribadian
Ego kreatif
Erikson
menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada
psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan,
kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta,
generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam ini disebut juga
Ego- kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada
setiap tahap kehidupan.
Ego otonomi
fungsional
Sama
seperti Freud, erikson menganggap hubungan menjadi bagian penting dari
perkembangan kepribadian. Tetapi Ericsson tidak membatasi teori hubungan id-ego
dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. Menrutnya, situasi memberi
makan merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan dunia luar. Lapar
jelas manifestasi biologis, tetapi konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu
akan menimbulkan kesan bagi bayi tentang dunia luar. Dari pengalaman makannya,
bayi belajar untuk mengantisipasi interaksinya dalam bentuk kepercayaan dasar (
basic Trust ), yakni mereka memandang kontak dengan manusia sangat menyenangkan
karena pada masa lalu hubungan semacam itu menimbulkan rasa aman dan
menyenangkan. Sebaliknya, tanpa basic Trust bayi akan mengantisipasi interaksi
interpersonal dengan kecemasan, karena
pada masa lalu hubungan interpersonalnya menimbulkan frustrasi dan rasa sakit.
Pengaruh
masyarakat
Walaupun
kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam perkembangan kepribadian,
bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh masyarakat. Erikson lebih
mementingkan faktor sosial dan historikal – kebalikan dengan Freud yang
pandangannya sebagian besar biologikal.
B.
Perkembangan kepribadian
1.
Oral
– sensor ( 0 – 1 tahun ) è Basic Trust vs basic mistrust
2.
Muscular
– anal ( 1 – 3 tahun ) è otonomi vs shame and doubt
3.
Locomotor
genital stage ( 3 – 5 tahun ) è initiative vs guilt
4.
Latency
stage ( 6 – 11 tahun ) è industry vs inferiority
5.
Adolescence
stage ( 12 – 18 tahun ) è identity vs role confusion
6.
Early
adulthood ( 18 – 35 tahun ) è intimacy vs isolation
7.
Middle
adulthood ( 35 – 55 tahun ) è generativity vs stagnation
8.
Maturity
stage ( 55 + tahun ) è integrity vs despair
C.
Kelebihan teori Erikson
1.
Teori
erikson dikenal luas dikalangan profesional maupun di masyarakat umum, dan
delapan tahapan perkembangannya banyak dikutip di literatur maupun media
populer.
2.
Popularitasnya
antara lain karena dia tidak menyerang Freud, tetapi dia justru melengkapi
teori perkembangan dari Freud. Banyak pengamat yang memandang bahwa karya
erikson sebagai kelanjutan dari karya freud
D.
Kelemahan teori Erikson
1.
Erikson
membangun teorinya terutama memakai prinsip – prinsip etika yang tidak selalu
didukung data ilmiah.
2.
Erikson
datang dari dunia seni sehingga melihat dunia lebih sebagai seorang artis dari
pada ilmuwan.
3.
Erikson
cenderung konservative, dalam arti bahwa manusia itu berkembang dalam kerangka
budaya yang ada, bahwa perkembangan seharusnya tidak bertentangan dengan etika,
moral, dan ritualisasi yang di terima di masyarakat secara luas.
4.
Nilai ilmiah dari metodologinya sesungguhnya
ada pada beberapa metode pengukuran yang dia lakukan, observasi terhadap anak-anak,
dan analisis kesejarahan. Sayang data-data yang dikumpulkannya termasuk data
observasi dideskripsi secara subjektif, dan dianalisis secara subjektif .
E. Daftar Pustaka
Feist & Feist. (2013). Teori Kepribadian.
Jakarta:Salemba Humanika.
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI
PSIKODINAMIKA (KLINIS). Yogyakarta:Kanisius.
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI
HOLISTIK (ORGANISME-FENOMENOLOGIS). Yogyakarta:Kanisius.
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI SIFAT
dan BEHAVIORISTIK. Yogyakarta:Kanisius