Senin, 26 Oktober 2015

8. ERIK ERIKSON

erikson-zanl13-wordpress-com


          Erikson memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis, dengan memberi perhatian yang lebih kepada ego dari pada id dan superego. Ego bersifat adaptif dan kreatif, berjuang aktif ( anatomi ) membantu diri menangani dunianya.

  A.    Struktur kepribadian
Ego kreatif
          Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam ini disebut juga Ego- kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan.
Ego otonomi fungsional
          Sama seperti Freud, erikson menganggap hubungan menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Ericsson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. Menrutnya, situasi memberi makan merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan dunia luar. Lapar jelas manifestasi biologis, tetapi konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu akan menimbulkan kesan bagi bayi tentang dunia luar. Dari pengalaman makannya, bayi belajar untuk mengantisipasi interaksinya dalam bentuk kepercayaan dasar ( basic Trust ), yakni mereka memandang kontak dengan manusia sangat menyenangkan karena pada masa lalu hubungan semacam itu menimbulkan rasa aman dan menyenangkan. Sebaliknya, tanpa basic Trust bayi akan mengantisipasi interaksi interpersonal dengan kecemasan,  karena pada masa lalu hubungan interpersonalnya menimbulkan frustrasi dan rasa sakit.
Pengaruh masyarakat
          Walaupun kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam perkembangan kepribadian, bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh masyarakat. Erikson lebih mementingkan faktor sosial dan historikal – kebalikan dengan Freud yang pandangannya sebagian besar biologikal.

B.     Perkembangan kepribadian
1.      Oral – sensor ( 0 – 1 tahun ) è Basic Trust vs basic mistrust
2.      Muscular – anal ( 1 – 3 tahun ) è otonomi vs shame and doubt
3.      Locomotor genital stage ( 3 – 5 tahun ) è initiative vs guilt
4.      Latency stage ( 6 – 11 tahun ) è industry vs inferiority
5.      Adolescence stage ( 12 – 18 tahun ) è identity vs role confusion
6.      Early adulthood ( 18 – 35 tahun ) è intimacy vs isolation
7.      Middle adulthood ( 35 – 55 tahun ) è generativity vs stagnation
8.      Maturity stage ( 55 + tahun ) è integrity vs despair

C.    Kelebihan teori Erikson
1.      Teori erikson dikenal luas dikalangan profesional maupun di masyarakat umum, dan delapan tahapan perkembangannya banyak dikutip di literatur maupun media populer.
2.      Popularitasnya antara lain karena dia tidak menyerang Freud, tetapi dia justru melengkapi teori perkembangan dari Freud. Banyak pengamat yang memandang bahwa karya erikson sebagai kelanjutan dari karya freud

D.    Kelemahan teori Erikson
1.      Erikson membangun teorinya terutama memakai prinsip – prinsip etika yang tidak selalu didukung data ilmiah.
2.      Erikson datang dari dunia seni sehingga melihat dunia lebih sebagai seorang artis dari pada ilmuwan.
3.      Erikson cenderung konservative, dalam arti bahwa manusia itu berkembang dalam kerangka budaya yang ada, bahwa perkembangan seharusnya tidak bertentangan dengan etika, moral, dan ritualisasi yang di terima di masyarakat secara luas.
4.       Nilai ilmiah dari metodologinya sesungguhnya ada pada beberapa metode pengukuran yang dia lakukan, observasi terhadap anak-anak, dan analisis kesejarahan. Sayang data-data yang dikumpulkannya termasuk data observasi dideskripsi secara subjektif, dan dianalisis secara subjektif . 


E. Daftar Pustaka 
Feist & Feist. (2013). Teori Kepribadian. Jakarta:Salemba Humanika. 
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI PSIKODINAMIKA (KLINIS). Yogyakarta:Kanisius. 
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI HOLISTIK (ORGANISME-FENOMENOLOGIS). Yogyakarta:Kanisius. 
S. Hill, Calvin & Gardner Lindzey. (1993). TEORI-TEORI SIFAT dan BEHAVIORISTIK. Yogyakarta:Kanisius  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar